Rabu, 11 Desember 2024
Google search engine
BerandaEdukasiDr Leni Armayati Berikan Penyuluhan Jadi Remaja Unggul di SMP dan SMA...

Dr Leni Armayati Berikan Penyuluhan Jadi Remaja Unggul di SMP dan SMA YLPI Pekanbaru

RIAUBERTUAH.COM – Agar tidak merusak jati dirinya, remaja diharuskan bisa mengerti dengan jelas tentang bagaimana menjadi remaja yang unggul serta memahami perubahan-perubahan yang dialaminya pada fase itu.

Demikian diungkapkan oleh Dr. Leni Armayati, S.Psi.,M.Si, Dosen Universitas Islam Riau, saat memberikan penyuluhan kepada siswa SMP dan SMA YLPI Pekanbaru belum lama ini.

Menurut Leni Armayati, masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan harapan. Pada masa ini terjadi perubahan mendasar pada aspek biologis , kognitif , dan sosial.

“Perubahan pada aspek biologis menunjukan tanda-tanda kedewasaan, seperti organ reproduksi telah mulai bekerja (mensturasi pertama bagi wanita dan mimpi basah pada lakilaki), perubahan bentuk fisik yang semakin menunjukan ciri fisik jenisnya, dan bentuk tubuh hampir sama dengan orang dewasa. Perubahan pada aspek kognitif, remaja telah mencapai tahap formal oprasional,” tuturnya.

Dikatakan, pada masa ini remaja juga mengalami perubahan besar dalam memahami berbagai aspek yang ditemui, menjadi lebih kritis dalam melihat dan memberi respon lingkungannya. Remaja menjadi sangat resisten terhadap berbagai aspek yang tidak masuk di akalnya. Remaja juga telah mampu untuk merumuskan cita-cita masa depannya.

“Nah, jika pada aspek remaja mengalami perubahan dalam hal setting jaringan sosialnya, jika pada masa anak, orang tua dan guru menjadi figur idolanya, maka pada masa remaja teman sebaya menggantikan kedudukan itu, sehingga dalam berbagi dimensi remaja lebih mendengar dan mengikuti apa yang menjadi pandangan teman sebaya,” ungkap Leni.

Ditambahkan, remaja biasanya juga merasakan bahwa secara sosial tidak cocok lagi bergabung dengan anak-anak maupun orang dewasa, oleh karena itu ingin membentuk kelompok sendiri yang terdiri dari teman-teman seusianya.

“Akibat terjadinya perubahan-perubahan tersebut, remaja mengalami transisi posisi dan eksistensi antara kanak-kanak dengan dewasa, sehingga menunjukkan sikap dan perilaku yang ambigu. Suatu saat ingin menampilkan dirinya sebagai sosok indifidu mandiri yang tidak mau ada campur tangan orang tua atau orang dewasa yang lain, semantara disaat lain masih ingin mendapat perhatian dan pelayananpenuh dari orang tua maupun orang dewasa di sekitarnya,” sebutnya.

Maka jangan heran, kadang bersikap dan berperilaku kekanakkanakan, manja, minta dilayani pada saat lain bersikap dan berperilaku seolah-olah seperti orang dewasa, ingin menunjukan tanggung jawab, membuat keputusan sendiri tanpa ada campur tangan orang tuanya atau orang dewasa lain.

Lanjut dijelaskan, masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

“Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual. Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan,” ujarnya

Menurut dia, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri.

“Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif 10 11 lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period),” ucapnya

Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.

Penjelasannya, individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, lalu individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan kemudian terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

“Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anak dan sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah mengalami menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk diperhatikan,” terangnya.

Selanjutnya, dalam proses tugas perkembangan itu, remaja akan mencapai hubungan yang lebih penting dengan teman sebaya, mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita, menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, mencapai jaminan kemandirian ekonomi, memilih dan mempersiapkan karir dan pekerjaan dan mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, lalu mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial serta memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.

Leni Armayati berharap, melalui penyuluhan ini  agar para siswa SMP dan SMA YLPI Pekanbaru khusunya dan remaja pada umumnya, dapat mengerti dengan jelas tentang menjadi remaja yang unggul. Dengan demikian diharapkan kepada mereka agar tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak jati diri mereka menjadi remaja yang unggul.

“Makanya para siswa perlu memahami pengertian Remaja Unggul, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja dan juga mengetahui cara menjadi remaja yang unggul dan menemukan citra diri yang baik,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Informasi Populer